Sukhothai, Bangkok, Sempaja

Udondarome School Sukhothai, Suvarnabhumi Airport Bangkok, Stadion Sempaja Samarinda.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday 24 August 2016

Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini?



Hidup yang kita miliki didunia ini merupakan milikNYA dan kita sebagai mahklukNYA Sudah sepatutnya untuk bersyukur atas segala pemberianNYA itu. Baik suka maupun duka dan segala yang terjadi dalam hidup yang kita jalani kita tidak ada alasan lain selalin sujud kepadaNYA. Bersyukur merupakan salah satu bentuk terima kasih kita kepada pencipta kita dan malam semesta ini. Dengan bersyukur pula dapat menenangkan diri dan jiwa kita dari resah dan gelisah dalam kita menjalani hidup sehari-hari. Rasa syukur tersebut tentunya tidak bisa diungkapkan dengan lisan namun dari hati kita bahwa kita merasakan hal yang indah untuk selalu melibatkan sang pencipta disetiap apapun yang terjadi dalam kehidupan kita dan itu merupakan salah cirri jika kau selalu berterima kasih kepada tuhanmu dengan hidup yang kau miliki dengan menjalankan perintah dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan yang buruk.
Tak heran jika disebuah desa,wilayah ataupun disebuah tempat jika ada yang melakukan ritual khusus untuk menunjukan rasa syukur ini seperti banyak terjadi ditanah air ini dengan cara merayakan dengan berbagai adat istiadat untuk sekedar berterima kasih kepada sang pencipta agar kehidupan diberkahi dan bisa mendatangkan keselamatan dan ketentraman suasana pada sebuah tempat tersebut. Rasa syukur ini mampu memberikan kelapangan hati dan kelancaran rezki kepada kita semua jika kita menyisiatinya dengan baik karena dari rasa syukur tersebut akan tumbuh rasa tahu diri dan selalu membuka diri untuk berbagi kepada orang lain karena sejatinya kita hidup dunia ini untuk saling berbgai dan saling mengerti, membantu satu dengan yang lain.
Dari bersyukur pula akan tumbuh rasa percayadiri yang kuat untuk selalu menyertai setiap gerak langkahmu dengan perbuatan baik karena orang yang bersyukur selalu dihatinya tertanam sebauh ketulusan dan keihklasan yang mendalam sehingga selalu ingin berbuat dengan hal yang baik, namun jika rasa syukur itu jauh dari dirinya maka sudah pasti dia akan sulit mendapatkan ketenangan dalam hidupnya karena selalu dihantui rasa nafsu akan dunia, kurang ini dan kurang itu dan semua tak pernah merasa cukup dan lebih. Rasa syukur mengambarkan diri jika anda seorang yang memiliki tuhan dalam hidupmu karena rasa syukur menunjukan jika diri anda tidak berlaku sombonng dengan kehidupan dan diri yang anda miliki karena apapun yang kau miliki didunia ini semua hanya sementara dan tak pernah abadi dan suatu hari kelak kau akan kembali kesisiNYA tanpa membawa apapun yang kau miliki semasa didunia ini selalu rasa syukur dalam perbuatan baik taat kepadaNYA dan menjauhkan diri dari laranganNYA dalam bentuk amal perbuatan baik dan buruk dalam hidupmu didunia ini. Jadi, sudahkah anda bersyukur hari ini?.
http://maschun.blogdetik.com/2016/08/24/sudahkah-anda-bersyukur-hari-ini?_ga=1.42807781.1730988752.1471661328

Saturday 23 July 2016

Saint Petersburg - Moscow (Semalam di Saint Petersburg Bagian 5 - Habis)



Tiba di Moskovskiy Vokzal
Setelah turun dari metro, kami melihat jam, ternyata masih ada waktu sebelum kereta tujuan Moscow diberangkatkan. Kami putuskan untuk “cuci mata” di sebuah mall dekat stasiun kereta, sekalian mencari bekal untuk makan malam di kereta.
Setelah berkeliling di dalam mall, kami istirahat di tempat permainan anak-anak, semacam time zone di Indonesia, sambal melihat orang lalu lalang. Sekitar 2 jam sebelum jadwal kereta berangkat kami pesan paket makan malam di KFC untuk bekal selama perjalanan ke Moscow.
Selesai sudah petualangan kami kali ini, kami boarding di kereta. Tepat pukul 21.24, perlahan-lahan kereta yang membawa kami ke Moscow mulai bergerak. Perjalanan kereta Saint Petersburg – Moscow terasa berbeda selain lebih cepat 3 jam dari pada Moscow – Saint Petersburg di kereta yang ini ada AC jadi sepanjang perjalanan terasa nyaman. Saat dalam perjalanan, saya menerima pesan melalui WA dari salah seorang staf KBRI bahwa malam ini akan terjadi hujan lebat yang disertai angin dan badai petir, ngeri juga membacanya.
Dan benar saja, saat tengah malam terdengar gemuruh suara hujan yang disertai kilatan cahaya petir menyambar di udara, tentu perasaan ngeri dan capek bercampur menjadi satu. Mata rasanya sulit untuk terpejam, baru saat kereta mendekati Moscow mata bisa dipajamkan.
18 Juli tiba di Moscow
Beberapa saat sebelum kereta sampai di Leningradskiy Vokzal, Moscow, kami pesan 2 taksi yang berbeda. Satu untuk anak kami yang langsung ke asrama kampus dan satu untuk kami bertiga yang kembali ke apartemen.
Tepat pukul 04.51 kereta berhenti di Leningradskiy Vokzal, Moscow dan semua penumpang bergegas turun dari kereta.
Karena terburu-buru harus kuliah di hari itu juga pukul 09.00 dan taksi pesanannya sudah datang maka putra kami berangkat duluan, akhirnya tinggallah kami bertiga mencari taksi yang kami pesan dengan cara melihat nomor taksi sesuai yang tertera di aplikasi HP. Namun karena kemampuan berbahasa Rusia kami masih minim, ternyata tidak mudah mencari tempat parkir taksi yang kami pesan. Saat si sopir menghubungi via telepon dan berbicara cepat kamipun tidak bisa menjawab  karena kami tidak faham hehehe…. Tapi akhirnya ketemu juga. Sepanjang perjalanan menuju ke apartemen  pak sopir  berusaha mengajak ngobrol tapi ketika beliau tahu kami belum lancar berbahasa Rusia kemudian beliau bertanya sudah berapa lama kami tinggal di Moscow. Kemudian dijawab oleh istri saya baru empat bulan, akhirnya sambal tersenyum pak supirpun malah bertidak seperti tour guide, sepanjang  jalan sambil menyetir beliau menjelaskan tempat tempat yang kami lewati sampai di apartemen kami. Sekali lagi kami bersyukur mendapat supir taksi yang baik sehingga kami merasa aman dan nyaman.

Kembali ke Bagian 1
Kembali ke Bagian 2
Kembali ke Bagian 3
Kembali ke Bagian 4



Profil penulis:
Mushadi Iksan, M.Ed.
Sehari-hari mengajar matematika di Sekolah Indonesia Moscow.
Saat ini tinggal di Moscow bersama istri dan 2 orang anak.
Istri                              :
Atik Fifa Yanti
Anak pertama  :
Airlangga Pratama Putra Miafy kuliah di jurusan Railway Operation di Moscow
Anak kedua                 :
Mutiara Tsabith Putri Miafy bersekolah di Sekolah Indonesia Moscow

Hampir kecopetan (Semalam di Saint Petersburg Bagian 4)



Kembali ke Moskovskiy Vokzal
Setelah makan badan malah terasa capek dan ngantuk hehehe, akhirnya kami putuskan kembali ke Moskovskiy Vokzal menggunakan metro dari stasiun Gorkovskaya ke Nevskiy Prospekt lalu pindah jalur hijau dari Gostineiy Dvor menuju stasiun terdekat dengan Moskovskiy Voksal, yaitu stasiun Mayakovskaya / Plosyad Vosstaniya. Perjalanan dari stasiun Gorkovskaya ke stasiun plosyad Vosstaniya sekitar 11 menit.
Perjalanan dari Restaurant ke stasiun metro terdekat melalui beberapa taman dan monument perjuangan rakyat Russia. Seperti pada umumnya taman di Russia, lokasinya luas dan disediakan tempat duduk untuk istirahat, namun sebagian pengunjung memilih untuk duduk dan rebahan di taman sambal membaca, bermain dengan putra-putri mereka, atau yang muda-mudi terlihat berpelukan mesra.
Di salah satu taman yang kami lewati terdapat situs unik, berupa api abadi. Rupanya di sekeliling api abadi tersebut merupakan tempat bersejarah bagi masyarakat Saint Petersburg, hal itu terlihat dari adanya patung dan monument serta tulisan-tulisan seperti prasasti.
Pengalaman hampir kecopetan
Metro di Saint Petersburg memiliki beberapa perbedaan dengan metro di Moscow, selain cara pembayaran yang telah saya tulis di atas, perbedaan lainnya pada cara masuk ke metro. Di Moscow, begitu masuk ke ruang bawah tanah setelah menggesek kartu dan melewati escalator, akan langsung terlihat rel kereta. Biasanya kita berdiri di sebelah rel menunggu kereta datang.
Di Saint Petersburg, setelah melewati escalator kita tidak dapat langsung melihat rel keretanya, karena masih dibatasi dinding dengan pintu-pintu yang masih tertutup. Pintu baru terbuka setelah kereta datang dan berhenti, jarak dinding dan badan kereta hanya berselisih beberapa senti meter sehingga tidak memungkinkan bagi penumpang untuk melewatinya. Hebatnya lagi, saat kereta berhenti, pintu kereta dan pintu dinding pemisah antara rel dan ruang tunggu tepat sejajar.
Di saat berdesakan masuk ke metro setelah pintu dinding dan pintu kereta terbuka, ada seseorang di depan saya yang memperlambat jalannya, sementara saya sibuk mengawasi keluarga saya di depan agak jauh dan tangan kanan saya memegang tas punggung yang saya tenteng. Tiba-tiba terasa ada tangan yang berusaha masuk ke saku depan celana jeans saya, secara reflex tangan kanan saya berusaha untuk menepis sambil tetap memegang tas saya. Pada saat yang bersamaan dari arah depan kiri ada orang yang berusaha menabrak saya dan secara reflex pula tangan kiri saya memegang saku kiri depan celana saya.
Kebetulan handphone saya taruh di saku kiri depan dan dompet di saku kanan depan, sedangkan saku belakang kosong, sementara tas punggung saya berisi semua gadget (laptop, kamera digital, powerbank, dan lain-lain termasuk passport). Alhamdulillah, karena kereta pintu segera ditutup dan setelah saling bertahan beberapa waktu, sang pencopet menarik tangannya dari saku saya tanpa hasil. Setelah di dalam kereta saya cerita kepada keluarga saya, tapi saya tidak tahu apakah ada diantara orang-orang di dalam kereta yang menjadi bagian komplotan pencopet atau tidak, sehingga saya tetap waspada dengan tetap memegang erat barang-barang berharga yang saya bawa. Setelah turun dari kereta, saya mencari tempat yang agak longgar untuk mengecek apakah ada barang-barang yang hilang, sekali lagi alhmadulillah semua barang yang saya bawa dan keluarga masih utuh.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, walaupun sebenarnya sebelum berangkat banyak teman yang mengingatkan bahwa di Saint Petersburg,  banyak copet dan mereka sangat lihai. Namun bagaimana lagi, keinginan untuk melihat dan berkunjung ke kota yang terkenal akan keindahannya ini mengalahkan rasa takut yang ada. Sekali lagi terima kasih kepada Allah SWT yang telah melindungi saya dan keluarga, serta kepada teman-teman yang telah mengingatkan kami untuk tetap waspada, baik secara langsung maupun lewat media social.
Bersambung ke Bagian 5

Masjid Soekarno (Semalam di Saint Petersburg Bagian 3)





17 Juli 2016
Seperti biasa setelah mandi pagi sekitar jam 08.30 kami menuju dapur untuk sarapan, sebetulnya kami bisa masak apa saja karena di hostel di sediakan peralatan lengkap, tapi karena untuk praktisnya kami hanya bikin susu, kopi dan teh hangat dan sarapan mie instan. Di meja makan saat sarapan inilah kami banyak berinteraksi dengan penghuni kamar yang lain yang semuanya dalah para turis dari bermacam macam negara. Ada yang dari Chili, Siberia, Thailand dan Korea. Kami saling bertukar cerita tentang negara masing masing dan juga petualang selama di Saint Petersburg.
Check out
Setelah selesai sarapan kami segera berkemas kemas untuk check out dari hostel. Sekitar pukul 10.30 kami check out dan kami langsung menuju ke Moskovskiy Vokzal dengan metro dari stasiun Admiralteyskaya. Untuk sampai di Moskovskiy Vokzal, kami harus melalui 2 jalur metro, yaitu jalur hijau dari stasiun Admiralteyskaya sampai stasiun Pushkinskaya kemudian dari stasiun Pushkinskaya pindah ke jalur merah sampai stasiun Plosyad Vosstaniya. Stasiun Plosyad Vosstaniya adalah stasiun metro terdekat dengan Moskovskiy Vokzal. Perjalanan dari metro Admiralteyskaya ke metro Plosyad Vosstaniya ditempuh sekitar 13 menit.
Kenapa kami harus ke Moskovskiy Vokzal, sementara kereta kembali ke Moscow baru berangkat pukul 21.24 malam?
Penitipan barang di stasiun
Sebagai informasi di Moskovskiy Vokzal ada fasilitas penitipan barang untuk mempermudah para wisatawan dari kerepotan membawa barang. Fasilitas ini cukup membantu bagi para wisatawan, karena biasanya waktu check out penginapan, baik hotel, hostel, dan lain-lain adalah sekitar pukul 12.00 atau 13.00. Bagi wisatawan yang menginap di hotel besar mungkin masih bisa menitipkan barangnya di hotel, tetapi bagi yang menginap di hotel kecil atau hostel, hampir tidak mungkin untuk menitipkan barang-barang di sana mengingat keterbatasan tempat.
Ada dua pilihan model penitipan yang disediakan di sini, pertama dengan hitungan per item barang, dengan model ini barang-barang yang dititipkan dikumpulkan menjadi satu setelah diberi tanda.  Hitungan biaya untuk model ini adalah berdasarkan jumlah item barang dan lamanya waktu penitipan, yaitu 1 jam, 2 jam dan 3 – 24 jam, dengan harga mulai RUR 170 per item barang. Untuk penitipan model ini disediakan beberapa loket penerimaan barang, tetapi karena memang sedang musim liburan musim panas, tempat tempat tersebut penuh sehingga antriannya panjang.
Model kedua adalah menggunakan hitungan jumlah loker yang digunakan, di mana setiap pengunjung menyewa sejumlah loker (bisa 1 atau lebih tergantung jumlah barang yang akan dititipkan). Hitungan biaya untuk model ini berdasarkan jumlah loker yang disewa dan lamanya waktu penitipan, yaitu 1 jam, 2 jam, dan 3 – 24 jam, dengan harga mulai RUR 340 per loker. Pada model kedua hanya disediakan  satu loket penerimaan barang. Keuntungan model kedua adalah berapapun item barang yang kita bawa, hitungannya tetap jumlah loker yang kita sewa. Untuk barang atau koper yang berukuran kecil atau sedang, bisa kita letakkan di dalam 1 loker.
Di setiap loket penerimaan barang tampak antrian yang cukup panjang, tetapi antrian di loket model kedua terlihat lebih sedikit, sehingga kami putuskan untuk ikut antri di loket model kedua.
Di saat anak saya sudah sampai dibarisan nomor dua dari depan ada pengumuman bahwa sudah tidak ada tempat lagi, kalau mau bisa tetap antri sambil menunggu orang ambil barangnya. Beruntungnya karena kurang sabar orang di depan anak saya malah keluar dari antrian sehingga anak saya menjadi yang terdepan dan tidak lama kemudian ada orang mengambil barang sehingga koper kami bisa masuk.
Masjid “Soekarno”, Saint Patersburg
Setelah koper aman di penitipan, kami lanjutkan petualangan kami hari itu. Sesuai rencana kami mau mendatangi masjid biru atau biasa disebut masjid “Soekarno”. Masjid biru atau masjid “Soekarno” hanya istilah saja, nama resminya adalah Saint Petersburg Mosque.
Dari Moskovskiy Vokzal, kami menggunakan metro jalur merah pindah ke jalur hijau dari stasiun Mayakovskaya ke stasiun Gostineiy Dvor lalu pindah jalur biru dari satsiun Nevskiy Prospekt ke stasiun Gorkovskaya, yang merupakan stasiun metro terdekat dengan masjid Saint Petersburg. Perjalanan dari metro Mayakovskaya ke metro Gorkovskaya ditempuh sekitar 9 menit.
Masjid Saint Petersburg terletak di pusat kota, tepatnya di Kronverkskiy Prospekt No. 7, tak jauh dari Sungai Neva dan Benteng Peter & Paul yang ikonik di Rusia. Masjid yang didominasi warna biru ini bernama asli Jamul Muslimin, tetapi lebih sering dijuluki sebagai Blue Mosque atau Masjid Biru.
Masjid ini sebenarnya mulai dibangun pada tahun 1910 dan mulai dibuka untuk umum pada tahun 1913. Sejarah berdirinya masjid dapat dilihat di https://en.wikipedia.org/wiki/Saint_Petersburg_Mosque
Pada tahun 1950-an masjid ini dijadikan gudang oleh pemerintah Rusia yang kala itu masih berada di era kepemimpinan komunis. Semua tempat ibadah baik gereja maupun masjid tak boleh digunakan untuk beribadah.

Lalu kenapa sampai ada istilah masjid “Soekarno”?
Kisahnya berawal pada tahun 1956, Soekarno yang waktu itu ditemani putrinya, Megawati melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow, Rusia. Di tengah lawatan itu, Soekarno ingin singgah ke Kota St. Petersburg yang kala itu masih bernama Leningrad.
Dalam perjalanannya menuju kota itu, Soekarno melihat sebuah bangunan berkubah biru. Gedung itu memiliki menara yang tinggi. Ia menduga, bangunan tersebut adalah masjid.
Ia pun meminta kepada tentara Rusia yang mengawalnya untuk bisa mampir ke gedung itu. Namun mereka tak mengizinkannya. Sesampainya di hotel, Soekarno masih penasaran hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi gedung berkubah biru itu secara diam-diam.
Sesampainya di sana, ia mendapati bangunan itu tak dirawat secara layak. Masjid itu malah difungsikan sebagai sebuah gudang. Melihat kondisi itu, Soekarno prihatin dan meminta jadwal kunjungan lainnya di Leningrad dibatalkan.
Tak lama, Soekarno langsung menemui pemimpin Rusia untuk meminta difungsikannya kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat ibadah. Upaya tersebut rupanya berbuah manis. Beberapa hari setelah Soekarno kembali ke Indonesia, utusan dari Moskow datang ke Leningrad untuk meminta walikota membuka kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat ibadah.
Sejak saat itu, Masjid Soekarno terus berdiri kokoh dan berfungsi maksimal di bawah pengelolaan komunitas muslim di St. Petersburg. Tahun 1980 masjid ini sempat direnovasi secara besar-besaran hingga bentuknya menjadi seperti sekarang. Beberapa Presiden Indonesia di era reformasi juga pernah mengunjungi masjid ini, antara lain Megawati pada tahun 2003 dan Soesilo Bambang Yudhoyono pada 2006 lalu.
Tembok Peter (Peter’s Curtin Wall)
Tembok Peter merupakan bangunan tembok yang membatasi area yang cukup luas, di dalam tembok tersebut terdapat banyak bangunan bersejarah. Saat ini bangunan-bangunan tersebut berfungsi sebagai museum, lengkap dengan diorama dan patung-patung yang meggambarkan kondisi asli saat jaman kejayaannya dulu.
Dari arah masjid Saint Petersburg, kami berjalan kira-kira 500 meter melewati sebuah taman kemudian menyeberangi sebuah jembatan kecil sebelum masuk ke pintu gerbang tembok Peter. Tembok Peter memang terletak di sebuah delta yang menjadi pertemuan beberapa sungai kecil sebelum bergabung menjadi sunga Neva yang cukup besar.
Di sebelah kiri jembatan di tepi sungai terdapat hamparan tanah lapang berumput hijau yang tidak terlalu luas, hamparan rumput ini berbatasan langsung dengan air sungai. Di saat musim panas seperi sekarang, hamparan rumput ini digunakan pengunjung untuk berjemur layaknya di tepi pantai. Dengan Alaskan selembar kain, mereka membuka pakaian sehingga yang tersisa hanya pakaian dalam saja.
Keluar dari Peter’s Curtin Wall melalui pintu belakang, kembali terdapat hamparan rumput hijau yang berbatasan dengan sungai kecil. Ada beberapa pengunjung yang berjemur namun tidak sebanyak dan  “separah” yang berjemur di depan Peter’s Curtin Wall.
Di sepanjang tepian sungai terdapat beberapa atraksi yang menarik perhatian pengunjung, diantaranya adalah “rental” helicopter. Saya sebut rental saja, karena saya tidak mengerti istilah sebenarnya yang ditulis dalam Bahasa Russia, yang jelas kita bisa ikut terbang dengan helikopter tersebut selama 15 menit dengan biaya RUR 5 000.
Atraksi lainnya yang tidak kalah menariknya adalah pertandingan “Night Tale” (nama sebenarnya juga tidak tahu hehehe, karena semuanya dalam Bahasa Russia). Setelah melewati arena pertandingan “Night Tale”, kami disuguhi pameran tentang kehidupan para ksatria jaman dulu, ada stand pembuatan senjata tajam, stand pembuatan baju besi untuk perang, dan lain-lain.
Selain itu di sepanjang aliran sungai tampak pula kapal-kapal hilir mudik membawa wisatawan menyusuri sungai.
Cuaca di Russia memang cukup ekstrim bagi kami, walaupun suhu udara masih di bawah 300 C, tetapi udara terasa panas dan cukup kering. Akhirnya kami putuskan untuk menyudahi petualangan kami kali ini.
Dengan panduan Google Map yang ada di mobile phone, kami mencari rumah makan untuk makan siang. Kebetulan anak kami ada janji ketemuan dengan teman-temannya, sesama mahasiswa Indonesia dari Kaltim di sebuah rumah makan Korea.
Korean Restaurant BabJib
Setelah menyusuri dan menyeberang beberapa jalan, akhirnya kami sampai di BabJib Restaurant, yaitu sebuah Restaurant Korea. Di sana sudah menunggu dua orang mahasiswa asal Kaltim.
Kami memilih menu yang kira-kira kami mengerti, yaitu nasi putih, nasi goreng, bulgogi (salah satu rasa yang ada di Mie Instant Indonesia), dan soup yang ada gambar udangnya. Sedangkan minuman yang kami pilih adalah jus buah. Sambil ngobrol ditemani anak-anak mahasiswa dari Kaltim tidak terasa makanan yang ada di meja sudah ludes.

Rasa makanan di restaurant Korea sangat mirip dengan makanan Indonesia, terutama sentuhan pedasnya. Soal harga, cukup sebanding dengan rasa dan aroma yang tersaji, sekitar RUR 600 – 700 per porsi.
Di restaurant ini juga menyediakan produk-produk makanan instant, termasuk gingsengnya, dari Korea, seperti mie instant berbagai rasa. Anak kami yang cewek, penasaran dengan mie instant yang iklannya tersebar di Youtube, yaitu mie instant SHIN RAMYUN. Dengan harga RUR 80 per bungkus, kami coba membeli 1 bungkus untuk dimasak di rumah.
Bersambung ke Bagian 4