Sukhothai, Bangkok, Sempaja

Udondarome School Sukhothai, Suvarnabhumi Airport Bangkok, Stadion Sempaja Samarinda.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday 23 July 2016

Saint Petersburg - Moscow (Semalam di Saint Petersburg Bagian 5 - Habis)



Tiba di Moskovskiy Vokzal
Setelah turun dari metro, kami melihat jam, ternyata masih ada waktu sebelum kereta tujuan Moscow diberangkatkan. Kami putuskan untuk “cuci mata” di sebuah mall dekat stasiun kereta, sekalian mencari bekal untuk makan malam di kereta.
Setelah berkeliling di dalam mall, kami istirahat di tempat permainan anak-anak, semacam time zone di Indonesia, sambal melihat orang lalu lalang. Sekitar 2 jam sebelum jadwal kereta berangkat kami pesan paket makan malam di KFC untuk bekal selama perjalanan ke Moscow.
Selesai sudah petualangan kami kali ini, kami boarding di kereta. Tepat pukul 21.24, perlahan-lahan kereta yang membawa kami ke Moscow mulai bergerak. Perjalanan kereta Saint Petersburg – Moscow terasa berbeda selain lebih cepat 3 jam dari pada Moscow – Saint Petersburg di kereta yang ini ada AC jadi sepanjang perjalanan terasa nyaman. Saat dalam perjalanan, saya menerima pesan melalui WA dari salah seorang staf KBRI bahwa malam ini akan terjadi hujan lebat yang disertai angin dan badai petir, ngeri juga membacanya.
Dan benar saja, saat tengah malam terdengar gemuruh suara hujan yang disertai kilatan cahaya petir menyambar di udara, tentu perasaan ngeri dan capek bercampur menjadi satu. Mata rasanya sulit untuk terpejam, baru saat kereta mendekati Moscow mata bisa dipajamkan.
18 Juli tiba di Moscow
Beberapa saat sebelum kereta sampai di Leningradskiy Vokzal, Moscow, kami pesan 2 taksi yang berbeda. Satu untuk anak kami yang langsung ke asrama kampus dan satu untuk kami bertiga yang kembali ke apartemen.
Tepat pukul 04.51 kereta berhenti di Leningradskiy Vokzal, Moscow dan semua penumpang bergegas turun dari kereta.
Karena terburu-buru harus kuliah di hari itu juga pukul 09.00 dan taksi pesanannya sudah datang maka putra kami berangkat duluan, akhirnya tinggallah kami bertiga mencari taksi yang kami pesan dengan cara melihat nomor taksi sesuai yang tertera di aplikasi HP. Namun karena kemampuan berbahasa Rusia kami masih minim, ternyata tidak mudah mencari tempat parkir taksi yang kami pesan. Saat si sopir menghubungi via telepon dan berbicara cepat kamipun tidak bisa menjawab  karena kami tidak faham hehehe…. Tapi akhirnya ketemu juga. Sepanjang perjalanan menuju ke apartemen  pak sopir  berusaha mengajak ngobrol tapi ketika beliau tahu kami belum lancar berbahasa Rusia kemudian beliau bertanya sudah berapa lama kami tinggal di Moscow. Kemudian dijawab oleh istri saya baru empat bulan, akhirnya sambal tersenyum pak supirpun malah bertidak seperti tour guide, sepanjang  jalan sambil menyetir beliau menjelaskan tempat tempat yang kami lewati sampai di apartemen kami. Sekali lagi kami bersyukur mendapat supir taksi yang baik sehingga kami merasa aman dan nyaman.

Kembali ke Bagian 1
Kembali ke Bagian 2
Kembali ke Bagian 3
Kembali ke Bagian 4



Profil penulis:
Mushadi Iksan, M.Ed.
Sehari-hari mengajar matematika di Sekolah Indonesia Moscow.
Saat ini tinggal di Moscow bersama istri dan 2 orang anak.
Istri                              :
Atik Fifa Yanti
Anak pertama  :
Airlangga Pratama Putra Miafy kuliah di jurusan Railway Operation di Moscow
Anak kedua                 :
Mutiara Tsabith Putri Miafy bersekolah di Sekolah Indonesia Moscow

Hampir kecopetan (Semalam di Saint Petersburg Bagian 4)



Kembali ke Moskovskiy Vokzal
Setelah makan badan malah terasa capek dan ngantuk hehehe, akhirnya kami putuskan kembali ke Moskovskiy Vokzal menggunakan metro dari stasiun Gorkovskaya ke Nevskiy Prospekt lalu pindah jalur hijau dari Gostineiy Dvor menuju stasiun terdekat dengan Moskovskiy Voksal, yaitu stasiun Mayakovskaya / Plosyad Vosstaniya. Perjalanan dari stasiun Gorkovskaya ke stasiun plosyad Vosstaniya sekitar 11 menit.
Perjalanan dari Restaurant ke stasiun metro terdekat melalui beberapa taman dan monument perjuangan rakyat Russia. Seperti pada umumnya taman di Russia, lokasinya luas dan disediakan tempat duduk untuk istirahat, namun sebagian pengunjung memilih untuk duduk dan rebahan di taman sambal membaca, bermain dengan putra-putri mereka, atau yang muda-mudi terlihat berpelukan mesra.
Di salah satu taman yang kami lewati terdapat situs unik, berupa api abadi. Rupanya di sekeliling api abadi tersebut merupakan tempat bersejarah bagi masyarakat Saint Petersburg, hal itu terlihat dari adanya patung dan monument serta tulisan-tulisan seperti prasasti.
Pengalaman hampir kecopetan
Metro di Saint Petersburg memiliki beberapa perbedaan dengan metro di Moscow, selain cara pembayaran yang telah saya tulis di atas, perbedaan lainnya pada cara masuk ke metro. Di Moscow, begitu masuk ke ruang bawah tanah setelah menggesek kartu dan melewati escalator, akan langsung terlihat rel kereta. Biasanya kita berdiri di sebelah rel menunggu kereta datang.
Di Saint Petersburg, setelah melewati escalator kita tidak dapat langsung melihat rel keretanya, karena masih dibatasi dinding dengan pintu-pintu yang masih tertutup. Pintu baru terbuka setelah kereta datang dan berhenti, jarak dinding dan badan kereta hanya berselisih beberapa senti meter sehingga tidak memungkinkan bagi penumpang untuk melewatinya. Hebatnya lagi, saat kereta berhenti, pintu kereta dan pintu dinding pemisah antara rel dan ruang tunggu tepat sejajar.
Di saat berdesakan masuk ke metro setelah pintu dinding dan pintu kereta terbuka, ada seseorang di depan saya yang memperlambat jalannya, sementara saya sibuk mengawasi keluarga saya di depan agak jauh dan tangan kanan saya memegang tas punggung yang saya tenteng. Tiba-tiba terasa ada tangan yang berusaha masuk ke saku depan celana jeans saya, secara reflex tangan kanan saya berusaha untuk menepis sambil tetap memegang tas saya. Pada saat yang bersamaan dari arah depan kiri ada orang yang berusaha menabrak saya dan secara reflex pula tangan kiri saya memegang saku kiri depan celana saya.
Kebetulan handphone saya taruh di saku kiri depan dan dompet di saku kanan depan, sedangkan saku belakang kosong, sementara tas punggung saya berisi semua gadget (laptop, kamera digital, powerbank, dan lain-lain termasuk passport). Alhamdulillah, karena kereta pintu segera ditutup dan setelah saling bertahan beberapa waktu, sang pencopet menarik tangannya dari saku saya tanpa hasil. Setelah di dalam kereta saya cerita kepada keluarga saya, tapi saya tidak tahu apakah ada diantara orang-orang di dalam kereta yang menjadi bagian komplotan pencopet atau tidak, sehingga saya tetap waspada dengan tetap memegang erat barang-barang berharga yang saya bawa. Setelah turun dari kereta, saya mencari tempat yang agak longgar untuk mengecek apakah ada barang-barang yang hilang, sekali lagi alhmadulillah semua barang yang saya bawa dan keluarga masih utuh.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, walaupun sebenarnya sebelum berangkat banyak teman yang mengingatkan bahwa di Saint Petersburg,  banyak copet dan mereka sangat lihai. Namun bagaimana lagi, keinginan untuk melihat dan berkunjung ke kota yang terkenal akan keindahannya ini mengalahkan rasa takut yang ada. Sekali lagi terima kasih kepada Allah SWT yang telah melindungi saya dan keluarga, serta kepada teman-teman yang telah mengingatkan kami untuk tetap waspada, baik secara langsung maupun lewat media social.
Bersambung ke Bagian 5

Masjid Soekarno (Semalam di Saint Petersburg Bagian 3)





17 Juli 2016
Seperti biasa setelah mandi pagi sekitar jam 08.30 kami menuju dapur untuk sarapan, sebetulnya kami bisa masak apa saja karena di hostel di sediakan peralatan lengkap, tapi karena untuk praktisnya kami hanya bikin susu, kopi dan teh hangat dan sarapan mie instan. Di meja makan saat sarapan inilah kami banyak berinteraksi dengan penghuni kamar yang lain yang semuanya dalah para turis dari bermacam macam negara. Ada yang dari Chili, Siberia, Thailand dan Korea. Kami saling bertukar cerita tentang negara masing masing dan juga petualang selama di Saint Petersburg.
Check out
Setelah selesai sarapan kami segera berkemas kemas untuk check out dari hostel. Sekitar pukul 10.30 kami check out dan kami langsung menuju ke Moskovskiy Vokzal dengan metro dari stasiun Admiralteyskaya. Untuk sampai di Moskovskiy Vokzal, kami harus melalui 2 jalur metro, yaitu jalur hijau dari stasiun Admiralteyskaya sampai stasiun Pushkinskaya kemudian dari stasiun Pushkinskaya pindah ke jalur merah sampai stasiun Plosyad Vosstaniya. Stasiun Plosyad Vosstaniya adalah stasiun metro terdekat dengan Moskovskiy Vokzal. Perjalanan dari metro Admiralteyskaya ke metro Plosyad Vosstaniya ditempuh sekitar 13 menit.
Kenapa kami harus ke Moskovskiy Vokzal, sementara kereta kembali ke Moscow baru berangkat pukul 21.24 malam?
Penitipan barang di stasiun
Sebagai informasi di Moskovskiy Vokzal ada fasilitas penitipan barang untuk mempermudah para wisatawan dari kerepotan membawa barang. Fasilitas ini cukup membantu bagi para wisatawan, karena biasanya waktu check out penginapan, baik hotel, hostel, dan lain-lain adalah sekitar pukul 12.00 atau 13.00. Bagi wisatawan yang menginap di hotel besar mungkin masih bisa menitipkan barangnya di hotel, tetapi bagi yang menginap di hotel kecil atau hostel, hampir tidak mungkin untuk menitipkan barang-barang di sana mengingat keterbatasan tempat.
Ada dua pilihan model penitipan yang disediakan di sini, pertama dengan hitungan per item barang, dengan model ini barang-barang yang dititipkan dikumpulkan menjadi satu setelah diberi tanda.  Hitungan biaya untuk model ini adalah berdasarkan jumlah item barang dan lamanya waktu penitipan, yaitu 1 jam, 2 jam dan 3 – 24 jam, dengan harga mulai RUR 170 per item barang. Untuk penitipan model ini disediakan beberapa loket penerimaan barang, tetapi karena memang sedang musim liburan musim panas, tempat tempat tersebut penuh sehingga antriannya panjang.
Model kedua adalah menggunakan hitungan jumlah loker yang digunakan, di mana setiap pengunjung menyewa sejumlah loker (bisa 1 atau lebih tergantung jumlah barang yang akan dititipkan). Hitungan biaya untuk model ini berdasarkan jumlah loker yang disewa dan lamanya waktu penitipan, yaitu 1 jam, 2 jam, dan 3 – 24 jam, dengan harga mulai RUR 340 per loker. Pada model kedua hanya disediakan  satu loket penerimaan barang. Keuntungan model kedua adalah berapapun item barang yang kita bawa, hitungannya tetap jumlah loker yang kita sewa. Untuk barang atau koper yang berukuran kecil atau sedang, bisa kita letakkan di dalam 1 loker.
Di setiap loket penerimaan barang tampak antrian yang cukup panjang, tetapi antrian di loket model kedua terlihat lebih sedikit, sehingga kami putuskan untuk ikut antri di loket model kedua.
Di saat anak saya sudah sampai dibarisan nomor dua dari depan ada pengumuman bahwa sudah tidak ada tempat lagi, kalau mau bisa tetap antri sambil menunggu orang ambil barangnya. Beruntungnya karena kurang sabar orang di depan anak saya malah keluar dari antrian sehingga anak saya menjadi yang terdepan dan tidak lama kemudian ada orang mengambil barang sehingga koper kami bisa masuk.
Masjid “Soekarno”, Saint Patersburg
Setelah koper aman di penitipan, kami lanjutkan petualangan kami hari itu. Sesuai rencana kami mau mendatangi masjid biru atau biasa disebut masjid “Soekarno”. Masjid biru atau masjid “Soekarno” hanya istilah saja, nama resminya adalah Saint Petersburg Mosque.
Dari Moskovskiy Vokzal, kami menggunakan metro jalur merah pindah ke jalur hijau dari stasiun Mayakovskaya ke stasiun Gostineiy Dvor lalu pindah jalur biru dari satsiun Nevskiy Prospekt ke stasiun Gorkovskaya, yang merupakan stasiun metro terdekat dengan masjid Saint Petersburg. Perjalanan dari metro Mayakovskaya ke metro Gorkovskaya ditempuh sekitar 9 menit.
Masjid Saint Petersburg terletak di pusat kota, tepatnya di Kronverkskiy Prospekt No. 7, tak jauh dari Sungai Neva dan Benteng Peter & Paul yang ikonik di Rusia. Masjid yang didominasi warna biru ini bernama asli Jamul Muslimin, tetapi lebih sering dijuluki sebagai Blue Mosque atau Masjid Biru.
Masjid ini sebenarnya mulai dibangun pada tahun 1910 dan mulai dibuka untuk umum pada tahun 1913. Sejarah berdirinya masjid dapat dilihat di https://en.wikipedia.org/wiki/Saint_Petersburg_Mosque
Pada tahun 1950-an masjid ini dijadikan gudang oleh pemerintah Rusia yang kala itu masih berada di era kepemimpinan komunis. Semua tempat ibadah baik gereja maupun masjid tak boleh digunakan untuk beribadah.

Lalu kenapa sampai ada istilah masjid “Soekarno”?
Kisahnya berawal pada tahun 1956, Soekarno yang waktu itu ditemani putrinya, Megawati melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow, Rusia. Di tengah lawatan itu, Soekarno ingin singgah ke Kota St. Petersburg yang kala itu masih bernama Leningrad.
Dalam perjalanannya menuju kota itu, Soekarno melihat sebuah bangunan berkubah biru. Gedung itu memiliki menara yang tinggi. Ia menduga, bangunan tersebut adalah masjid.
Ia pun meminta kepada tentara Rusia yang mengawalnya untuk bisa mampir ke gedung itu. Namun mereka tak mengizinkannya. Sesampainya di hotel, Soekarno masih penasaran hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi gedung berkubah biru itu secara diam-diam.
Sesampainya di sana, ia mendapati bangunan itu tak dirawat secara layak. Masjid itu malah difungsikan sebagai sebuah gudang. Melihat kondisi itu, Soekarno prihatin dan meminta jadwal kunjungan lainnya di Leningrad dibatalkan.
Tak lama, Soekarno langsung menemui pemimpin Rusia untuk meminta difungsikannya kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat ibadah. Upaya tersebut rupanya berbuah manis. Beberapa hari setelah Soekarno kembali ke Indonesia, utusan dari Moskow datang ke Leningrad untuk meminta walikota membuka kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat ibadah.
Sejak saat itu, Masjid Soekarno terus berdiri kokoh dan berfungsi maksimal di bawah pengelolaan komunitas muslim di St. Petersburg. Tahun 1980 masjid ini sempat direnovasi secara besar-besaran hingga bentuknya menjadi seperti sekarang. Beberapa Presiden Indonesia di era reformasi juga pernah mengunjungi masjid ini, antara lain Megawati pada tahun 2003 dan Soesilo Bambang Yudhoyono pada 2006 lalu.
Tembok Peter (Peter’s Curtin Wall)
Tembok Peter merupakan bangunan tembok yang membatasi area yang cukup luas, di dalam tembok tersebut terdapat banyak bangunan bersejarah. Saat ini bangunan-bangunan tersebut berfungsi sebagai museum, lengkap dengan diorama dan patung-patung yang meggambarkan kondisi asli saat jaman kejayaannya dulu.
Dari arah masjid Saint Petersburg, kami berjalan kira-kira 500 meter melewati sebuah taman kemudian menyeberangi sebuah jembatan kecil sebelum masuk ke pintu gerbang tembok Peter. Tembok Peter memang terletak di sebuah delta yang menjadi pertemuan beberapa sungai kecil sebelum bergabung menjadi sunga Neva yang cukup besar.
Di sebelah kiri jembatan di tepi sungai terdapat hamparan tanah lapang berumput hijau yang tidak terlalu luas, hamparan rumput ini berbatasan langsung dengan air sungai. Di saat musim panas seperi sekarang, hamparan rumput ini digunakan pengunjung untuk berjemur layaknya di tepi pantai. Dengan Alaskan selembar kain, mereka membuka pakaian sehingga yang tersisa hanya pakaian dalam saja.
Keluar dari Peter’s Curtin Wall melalui pintu belakang, kembali terdapat hamparan rumput hijau yang berbatasan dengan sungai kecil. Ada beberapa pengunjung yang berjemur namun tidak sebanyak dan  “separah” yang berjemur di depan Peter’s Curtin Wall.
Di sepanjang tepian sungai terdapat beberapa atraksi yang menarik perhatian pengunjung, diantaranya adalah “rental” helicopter. Saya sebut rental saja, karena saya tidak mengerti istilah sebenarnya yang ditulis dalam Bahasa Russia, yang jelas kita bisa ikut terbang dengan helikopter tersebut selama 15 menit dengan biaya RUR 5 000.
Atraksi lainnya yang tidak kalah menariknya adalah pertandingan “Night Tale” (nama sebenarnya juga tidak tahu hehehe, karena semuanya dalam Bahasa Russia). Setelah melewati arena pertandingan “Night Tale”, kami disuguhi pameran tentang kehidupan para ksatria jaman dulu, ada stand pembuatan senjata tajam, stand pembuatan baju besi untuk perang, dan lain-lain.
Selain itu di sepanjang aliran sungai tampak pula kapal-kapal hilir mudik membawa wisatawan menyusuri sungai.
Cuaca di Russia memang cukup ekstrim bagi kami, walaupun suhu udara masih di bawah 300 C, tetapi udara terasa panas dan cukup kering. Akhirnya kami putuskan untuk menyudahi petualangan kami kali ini.
Dengan panduan Google Map yang ada di mobile phone, kami mencari rumah makan untuk makan siang. Kebetulan anak kami ada janji ketemuan dengan teman-temannya, sesama mahasiswa Indonesia dari Kaltim di sebuah rumah makan Korea.
Korean Restaurant BabJib
Setelah menyusuri dan menyeberang beberapa jalan, akhirnya kami sampai di BabJib Restaurant, yaitu sebuah Restaurant Korea. Di sana sudah menunggu dua orang mahasiswa asal Kaltim.
Kami memilih menu yang kira-kira kami mengerti, yaitu nasi putih, nasi goreng, bulgogi (salah satu rasa yang ada di Mie Instant Indonesia), dan soup yang ada gambar udangnya. Sedangkan minuman yang kami pilih adalah jus buah. Sambil ngobrol ditemani anak-anak mahasiswa dari Kaltim tidak terasa makanan yang ada di meja sudah ludes.

Rasa makanan di restaurant Korea sangat mirip dengan makanan Indonesia, terutama sentuhan pedasnya. Soal harga, cukup sebanding dengan rasa dan aroma yang tersaji, sekitar RUR 600 – 700 per porsi.
Di restaurant ini juga menyediakan produk-produk makanan instant, termasuk gingsengnya, dari Korea, seperti mie instant berbagai rasa. Anak kami yang cewek, penasaran dengan mie instant yang iklannya tersebar di Youtube, yaitu mie instant SHIN RAMYUN. Dengan harga RUR 80 per bungkus, kami coba membeli 1 bungkus untuk dimasak di rumah.
Bersambung ke Bagian 4

Peterhof (Semalam di Saint Petersburgh Bagian 2)



Menuju Peterhof
Untuk menuju Peterhof, kami harus berganti kendaraan sebanyak dua kali, yaitu метро (baca: metro) kemudian berganti маршрутка (baca: marshrutka). Pertama-tama kami naik metro dari stantsiya Площадь Восстания (baca: Plosyad Vosstaniya) menuju Автово (baca: Avtovo). Dari stantsiya Plosyad Vosstaniya menuju Avtovo, kami melewati 6 pemberhentian, yaitu Владимирская (baca: Vladimirskaya), Пушкинская (baca: Pushkinskaya, Технологический Институт - 1 (baca: Tekhnologiceskiy Institut), Балтийская (baca: Baltiyskaya), Нарвская (baca: Narvskaya), dan Кировский Завод (baca: Kirovskiy Zavod). Perjalanan dari Plosyad Vosstaniya ke Avtovo ditempuh sekitar 17 menit.



Berbeda dengan metro di Moscow yang hanya menerima pembayaran dengan kartu yang dapat dibeli di stasiun metro, di Saint Petersburg, pembayaran dapat dilakukan dengan membeli koin atau kartu. Untuk sekali jalan kita perlu 1 koin seharga RUR 35. Sedangkan kartu harganya RUR 60 untuk 1 kartu kosong, sehingga kita harus mengisi dengan sejumlah uang sebelum dapat menggunakan kartu tersebut. Jika kita menggunakan kartu, untuk sekali jalan nilai uang yang ada di kartu akan terpotong RUR 33. Sekali jalan berarti sekali masuk stantsiya, walaupun berganti metro, asalkan tidak keluar dari dalam tanah, maka dianggap sekali jalan.
Setelah sampai di stantsiya Avtovo kami keluar dan menunggu marshrutka dengan kode K-424, yang tempat pemberhentiannya terletak di seberang stantsiya Avtovo.
Apa marshrutka itu? Marshrutka adalah angkutan umum semacam angkot di Indonesia, yang membedakan adalah bentuk kendaraannya. Kendaraan untuk marshrutka cukup tinggi, sehingga penumpang keluar masuk tidak perlu menunduk. Marshrutka berisi 15 orang penumpang dengan jarak antar tempat duduk cukup lapang untuk ukuran orang Indonesia. Pembayaran di marshrutka dilakukan dengan uang “cash” langsung ke sopir dan besarnya tergantung tujuan kita. Dari stantsiya Avtovo ke Petergof, tarifnya RUR 70 per orang.

Jarak Stantsiya Avtovo ke Peterhof sekitar 30 km dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Suasana pagi itu di Petergof hujan gerimis, namun demikian tidak menghalangi para turis dari berbagai negara untuk datang. Banyak turis dalam rombongan-rombongan kecil mengikuti pemandu mereka yang membawa bendera kecil. Ada yang dari Asia Timur entah itu dari China, Jepang, atau Korea. Ada pula dari yang dari Eropa.
Peterhof
Peterhof terletak sekitar 30 km dari pusat kota Saint Petersburg. Dengan jumlah penduduk hanya sekitar 74 ribu jiwa, Peterhof terkenal sebagai “host of” Saint Petersburg State University. Selain itu terdapat pula pabrik jam terutua di Rusia, yaitu Petrodvorets yang berdiri pada tahun 1721 serta yang paling menarik wisatawan adalah kompleks istana Peterhof.
Istana Peterhof terdiri dari bangunan-bangunan bersejarah dan taman alami yang yang sangat luas serta berjarak kurang dari 100 meter dari bibir pantai teluk Finlandia. Istana Peterhof terdiri dari Grand Palace, Peterhof Park and Garden, The Fountain of Peterhof, Monplaisir, Marly Palace, Peterhof Harmitage, Cottage Palace & Alexandria Park, dan lain-lain.
Untuk masuk ke kompleks istana Peterhof, pengunjung dikenakan biaya RUR 700 untuk umum dan RUR 350 untuk mahasiswa/pelajar.
Setelah membeli tiket, kami menuju pelataran Grand Palace. Walaupun masih pagi dan cuaca mendung bergerimis, wisatawan sudah memenuhi area ini, mereka menunggu diperdengarkannya musik pembuka bersamaan dengan dimulainya pertunjukan air mancur yang muncul di sela-sela patung berwarna kuning keemasan. Di depan Grand Palace memang terdapat sungai kecil yang menghubungkan pusat air mancur dengan teluk Finlandia. Di beberapa tempat di sungai kecil tersebut dibangun jembatan, sehingga pengunjung dapat menyeberang atau sekedar melihat air mancur dari kejauhan.
Tepat pukul 10.00 terdengar alunan musik klasik sekaligus pertanda pertunjukan air mancur dimulai. Pengunjung berebut untuk mengabadikan suasana tersebut sampai tidak terlihat tempat kosong di seputaran air mancur, sepanjang sisi kiri dan kanan sungai, hingga jembatanpun penuh dengan wisatawan.

Setelah suara musik berhenti dan sebagian besar pengunjung meninggalkan daerah sekitar air mancur di Grand Palace, kami pun pergi menyusuri tepian sungai untuk menuju pantai. Pantai di Istana Peterhof menghadap laut Baltik, yang berarti sudah cukup “dekat” dengan wilayah kutub utara.
Ternyata di pantai, tepatnya di teluk Finlandia banyak bersandar kapal-kapal wisata dan kapal-kapal penumpang dengan rute Peterhof – Saint Peterburg.
Setelah dari pantai, kami kembali menyusuri tepian sungai kembali melihat air mancur di Grand Palace yang kami kira mulai sepi, ternyata tidak. Suasana tetap ramai, walaupun hujan gerimis sebentar turun, sebentar berhenti.
Kemudian perjalanan, kami lanjutkan menyusuri taman kecil ke arah kiri, di mana terdapat patung yang cukup menarik walaupun kami tidak mengerti artinya.
Kembali perjalanan kami teruskan menuju The Fountain of Peterhof, yaitu sebuah air mancur yang airnya keluar dari patung Peter the Great yang sedang bertarung melawan buaya, apa maksudnya? Kami sendiri juga tidak mengerti, mungkin lain kali bisa di googling ya.

Berikut beberapa foto yang sempat kami ambil sambal berjalan keluar komplek istana Peterhof, sehari rasanya tidak cukup untuk mengelilingi kompleks istana yang begitu luas. Namun apa daya, badan rasanya sudah capek, apalagi selama perjalanan Moscow – Saint Peterburg tidur tidak nyenyak.
Penginapan
Setelah dirasa cukup, kamipun kembali ke Saint Petersburg, kali ini kami meluncur ke penginapan yang telah kami pesan beberapa hari sebelumnya. Dari Peterhof, kami kembali menggunakan angkutan Marshrutka dengan kode K-424 menuju stasiun metro Avtovo. Dari stasiun metro Avtovo, kami menuju stasiun metro Admiralteyskaya. Setelah melewati 4 stasiun, yaitu Kirovskiy Zavod, Narvskaya, Baltiyskaya, dan Tekhnologiceskiy Institut – 1, kami sampai di stasiun Pushkinskaya pindah jalur ungu menuju stasiun metro Admiralteyskaya. Setelah melewati 1 stasiun, yaitu Sadovaya, kami sampai di penginapan. Perjalanan dari metro Avtovo ke metro Admiralteyskaya ditempuh sekitar 22 menit.
Keluar stasiun metro Admiralteyskaya Belok kanan menyusuri jalan kecil, sampailah di EveRest Hostel, yang terletak di большая морская улица (Baca: Bolshaya Morskaya Ulitsa) Nomor 25.
Hostel EveRest hanya memiliki beberapa kamar, di setiap kamar berisi tempat tidur yang jumlah berbeda tergantung luas kamar. Kamar yang kami tempati berisi 2 tempat tidur bertingkat, sehingga cocok untuk 4 orang. Perhitungan harga sewa kamar juga bervariasi, ada yang dihitung per orang ada juga yang dihitung per kamar. Kamar yang kami tempati bertarif RUR 2 100 per malam. Fasilitas di dalam kamar, selain tempat tidur bertingkat, terdapat 1 lemari besar tanpa pintu. Handuk, kasur dan sarungnya, sprei, selimut, bantal dan sarung bantal, masing-masing mendapat 1 set.
Untuk tempat tidur, di setiap tempat tidur terdapat gorden untuk menjaga privasi, karena bisa saja setiap orang yang menginap dalam 1 kamar tidak saling mengenal sebelumnya.
Untuk kamar mandi dan toilet terletak di luar kamar dan digunakan secara bergantian dengan aturan setiap orang mendapat jatah maksimal 20 menit. Demikian pula ruang makan yang jadi satu dengan dapur, digunakan secara bersama-sama. Setiap orang boleh membeli makanan mentah untuk dimasak di hostel dan disimpan di kulkas yang disediakan oleh pemilik. Perlengkapan untuk memasak juga disediakan oleh pemilik hostel.


Lunch
Setelah melepas lelah sejenak dan menyimpan koper yang sejak dari Moscow selalu kami bawa, kami keluar untuk mencari makan. Setelah berjalan menyusuri jalan-jalan kecil akhirnya kami menemukan restoran siap saji, KFC. Berbeda dengan suasana di Indonesia, restoran atau rumah makan semacam KFC, Mc Donald, Pizza Hut, dan lain-lain yang dapat menghias atau mengecat bangunan sesuai ciri khas mereka. Di Russia, mereka hanya boleh menempelkan tulisan kecil di pintu atau di kaca gerai mereka, sehingga agak sulit untuk menemukan restoran atau gerai-gerai itu.
Karena gerainya kecil dan waktunya makan siang sehingga pengunjung penuh, kami putuskan untuk makan di hostel saja, sekalian sambil istirahat. Sampai di sini, anak kami yang cowok pamit untuk jalan dengan teman-temanya, sehingga kami tinggal bertiga.
Setelah sempat tertidur beberapa saat, kami putuskan untuk kembali berjalan menyusuri jalan-jalan di kota Saint Petersburg. Tujuan utama kami adalah jembatan yang bisa dibuka saat ada kapal lewat atau dikenal dengan nama Drawbridges.
Drawbridges
Drawbridges adalah jembatan yang dapat dibuka dan ditutup. Di kota Saint Petersburg sebenarnya terdapat beberapa jembatan, tetapi hanya satu yang dapat dibuka dan ditutup.
Tujuan utama kami adalah ingin melihat Drawbridges terbuka, tetapi ternyata Drawbridges hanya dibuka pada tengah malam atau tepatnya pukul 00.30. Walaupun keinginan untuk menunggu cukup tinggi, namun kami putuskan untuk kembali ke hostel dan beristirahat saja, karena badan rasanya masih capek. Kami hanya mengambil beberapa gambar di sekitar jembatan.
Dalam perjalanan kembali ke hostel, kami melewati salah satu museum dan gallery terbesar di Russia, yaitu эрмитаж. Kami berkeliling di sekitar museum dan mengambil beberapa gambar, kemudian kami mampir ke sebuah продукты (baca: Produktei) atau di Indonesia dikenal dengan mini market. Kami mencari makanan dan minuman untuk makan malam. Akhirnya sekitar pukul 22.00 kami sampai di hostel, sambil menunggu anak kami yang cowok kembali, kami mengobrol mendiskusikan tempat yang akan kami tuju esok hari. Sekitar pukul 23.00 anak kami datang, anak kami bercerita bahwa hampir saja kecopetan saat berjalan bersama teman-temannya tadi siang.
Beruntung sang pencopet hanya merogoh saku terluar dari tas punggung yang dibawanya yang memang kosong. Sesaat kemudian, tanpa terasa kami semua tertidur.
Bersambung ke Bagian 3

Kembali ke Bagian 1